New

Kamis, 06 September 2012

Produksi Etanol Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Yang Diamobilisasi Dengan Agar Batang

Prosedur Kerja


1.  Regenerasi Khamir
Biakan murni S. cerevisiae diremajakan pada agar miring (media YGA) yang telah disterilisasi pada suhu 121 oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit, selanjutnya diinkubasi pada suhu 30 oC selama 48 jam. Saccharomyces cerevisiae pada media YGA ini menjadi stok kultur yang diregenerasi pada media YGA yang baru sebelum digunakan.

2.  Pembiakan untuk Memperoleh Biomassa S. cerevisiae
Sebanyak     satu     ose     Saccharomyces cerevisiae dari YGA miring diinokulasi pada 10 mL media kompleks dan diinkubasi pada suhu 30 oC selam 20 jam dengan dishaker 100 rpm. Setelah
20 jam, starter ini di pindahkan ke 90 mL media kompleks dan diinkubasi pada kondisi yang sama.
100 mL starter ini selanjutnya di pindahkan lagi ke dalam 900 mL media kompleks dan diinkubasi pada suhu 30 oC dan dishaker 100 rpm.  Selama inkubasi, pertambahan biomassa diamati dan dihentikan pada saat pertumbuhan S. cerevisiae memasuki   pertengahan   fase   log    20   jam) dengan cara disimpan dalam lemari es pada suhu
4-10 oC. (Hadioetomo, 1983)
Pada saat sel akan digunakan, sejumlah volume      tertentu               cairan     stok        biomassa                 ini disentrifuga pada 6000 rpm selama 30 menit untuk    memisahkan  sel                           dari                         media    cair. Supernatan  dipisahkan  dari  sel  basah  dengan cara dekantasi . Sel basah yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk fermentasi dalam keadaan bebas dan teramobil. (Goksungur, Y. dan Zorlu, N, 2001)

3.  Optimasi Konsentrasi Agar batang
Sel yang akan diamobil diambil dari 80 mL cairan stok biomassa dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya. Sel basah yang diperoleh ditambah aquades steril sampai 8 mL dan dibagi empat, masing-masing 2 mL.
Agar batang sebanyak 0,1; 0,2; 0,3 dan
0,4 g masing-masing dilarutkan dalam      aquades yang sudah mendidih sambil di stirer sampai larut dan ditepatkan volumenya sampai 8 mL. Larutan tersebut diturunkan suhunya sampai kira-kira 40 oC dan masing-masing dicampur dengan 2 mL suspensi                       sel basah  yang          telah    disiapkan sebelumnya               dalam    cawan                 petri,                      sehingga diperoleh                         larutan         agar        batang   yang berkonsentrasi  1, 2, 3 dan  4 % (b/v).   Semua larutan diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama satu malam dalam lemari es. Gel yang terbentuk dipotong  5 x 5 mm dan dicuci dengan larutan NaCl 0,85 % (b/v) untuk menghilangkan sel  yang  tidak  terperangkap.  Jumlah  sel  yang lepas ditentukan dengan metode cawan tuang. Setiap sel amobil kemudian digunakan dalam fermentasi                       menggunakan      100        mL                          media kompleks  selama                    48  jam  pada  suhu  30  oC . Selanjutnya semua cairan fermentasi disentrifuga dan   supernatannya   didestilasi.   Kadar   etanol dalam masing-masing destilat diukur dengan kromatogafi   gas.                                            Konsentrasi   agar   batang optimal                   adalah     yang      menghasilkan      etanol terbanyak. Sel yang teramobil dalam agar batang diketahui  dengan  cara  mengurangi  jumlah  sel yang digunakan dalam amobilisasi dengan jumlah sel yang lepas.

4.   Optimasi pH
Pengaruh pH terhadap kadar etanol yang dihasilkan dari fermentasi dengan sel amobil dilakukan pada 5 x 100 mL media kompleks dengan variasi pH  3,6; 3,9; 4,2; 4,5 dan 4,8. Sel amobil      yang        digunakan             dibuat    dengan konsentrasi agar batang optimal yang telah diketahui sebelumnya dengan cara dan jumlah yang sama (gel dari 10 mL larutan agar batang 2
%  untuk  100  mL  media  fermentasi).       pH  awal media fermentasi diatur menggunakan HCl 10 %. Fermentasi dilakukan selama 48 jam pada suhu
30 oC. pH optimal media fermentasi adalah yang memberikan kadar etanol terbesar.

5.  Optimasi Konsentrasi Glukosa
Konsentrasi   glukosa   dalam   100   mL media kompleks (dengan pH optimal) dibuat bervariasi (8; 10; 15; 20; dan 25 %). Sel amobil dengan konsentrasi agar batang dan pH optimal digunakan dalam fermentasi selama 48 jam pada suhu 30 oC.  Selanjutnya semua cairan fermentasi disentrifuga dan supernatannya didestilasi. Kadar etanol masing-masing destilat diukur dengan kromatogafi  gas.                              Konsentrasi  glukosa  optimal adalah konsentrasi glukosa pada media yang memberikan kadar etanol terbesar.

6.        Fermentasi     dengan     Sel     Bebas     untuk Memperoleh         Pola                        Konsumsi              Glukosa                 dan Produksi Etanol
80 mL cairan stok biomassa disentrifuga pada           6000     rpm         selama  30           menit. Supernatannya didekantasi dan sel bebas yang diperoleh    digunakan      dalam                          fermentasi menggunakan 800 mL media kompleks optimal (dengan  pH  dan  konsentrasi  glukosa  optimal) pada  suhu  30  oC.  Cairan  fermentasi  sebanyak
105 mL diambil sebagai sampel setiap 6-12 jam. Sampel disentrifuga selama 30 menit pada 6000 rpm   dan   supernatannya   didekantasi.                                                            1   mL supernatan   sampel   digunakan   untuk   analisis kadar glukosa dengan metode Smogy-Nelson
dan 100 mL didestilasi dan dianalisis kadar etanolnya.

7.   Fermentasi    dengan          Sel   Amobil     untuk Memperoleh         Pola        Konsumsi              Glukosa                 dan Produksi Etanol
80 mL cairan stok biomassa disentrifuga pada           6000     rpm         selama  30           menit. Supernatannya didekantasi dan sel bebas yang diperoleh diamobilisasi dalam agar batang 2% dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya. Semua sel amobil selanjutnya digunakan dalam fermentasi       menggunakan   800                        mL          media kompleks pada kondisi optimal dan suhu 30 oC. Cairan   fermentasi   sebanyak   105   mL  diambil sebagai sampel setiap 6-12 jam. Sampel disentrifuga selama 30 menit pada 6000 rpm dan supernatannya  didekantasi.     1  mL  supernatan sampel digunakan untuk analisis kadar glukosa dengan metode Smogy-Nelson dan 100 mL didestilasi dan dianalisis kadar etanolnya.

8.  Uji Perulangan
Untuk mengetahui pengaruh perulangan penggunaan  sel  amobil  terhadap  kadar  etanol yang dihasilkan,   sel amobil (agar batang 2 %) digunakan           berulang           dalam                  fermentasi menggunakan media kompleks pada kondisi optimal  dan  suhu  30  oC selama  waktu  optimal (dilihat  dari  kurva  etanol  sebagai  fungsi  waktu yang     telah       diperoleh              sebelumnya).             Setelah fermentasi pertama     selesai,          sel           amobil dipisahkan dengan cara disaring dan langsung dimasukkan  ke  dalam  media  fermentasi  yang baru untuk fermentasi  berikutnya dengan kondisi yang sama.  Perlakuan ini diulangi sebanyak lima kali dan dianalisis kadar etanol yang dihasilkan pada setiap perulangan fermentasi.

9.         Uji     Durabilitas      Sel     Amobil      terhadap
Penyimpanan
Untuk mengetahui durabilitas sel amobil terhadap waktu penyimpanan, empat cawan petri sel amobil (setiap cawan berisi sel amobil dalam
10 mL agar batang 2 %) digunakan dalam fermentasi            setelah  disimpan                 masing-masing selama   0,   3,   6   dan   9   hari.   Penyimpanan dilakukan tanpa media apapun dalam lemari es dengan suhu                  4-10 oC. Fermentasi dilakukan menggunakan media kompleks optimal selama waktu  optimal  pada  suhu  30  oC.              Setiap  hasil fermentasi dianalisis kadar etanolnya untuk mengetahui     durabilitas      sel     amobil      dalam menghasilkan etanol setelah disimpan selama waktu tertentu.

10  Metode Analitik
Untuk menganalisis kadar etanol, sampel cairan fermentasi disentrifuga pada 6000 rpm selama 30 menit. Supernatannya didestilasi pada suhu 78–80 oC menggunakan peralatan destilasi vigreux. Kadar etanol dalam destilat ditentukan dengan   kromatografi   gas   Shimadzu   GC-14B (kolom CBP-10 medially polar, detektor FID, integrator        Shimadzu              C-R6A     Chromatopac). Temperatur oven dan kolom diatur pada 180 oC dan temperatur injektor dibuat pada 250 oC. Konsentrasi glukosa ditentukan dengan metode Smogy-Nelson.   Jumlah   sel   ditentukan   dengan metode   turbidimetri   menggunakan   spektronik
20D pada 620 nm dan cawan tuang.

itulah salah satu  prosedur kerja yang dapat digunakan :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar