METODE KERJA
PEMBUATAN MEDIA
Media PDA dibuat dengan cara melarutkan 39 g PDA (Difco) ke dalam 1 L akuades lalu disterisasi, kemudian dituang
ke dalam cawan petri yang sudah steril. Media yang
sudah dingin siap untuk ditanam inokulum (Fassatiova, 1986).
Media Hans
dibuat
dengan
cara
melarutkan : 0,5
gram K2HPO4,
0,5
gram
KH2 PO4, 1 gram (NH4)2 SO4, 0,1 gram Ca Cl2, 6 gram Na Cl, 0,1 gram yeast ekstrak, 10 gram selulosa
dan
20
gram
agar ke dalam 1 L akuades
lalu disterilisasi, kemudian dituang ke dalam cawan petri yang sudah steril. Media yang
sudah
dingin siap
untuk
ditanam inokulum (Rao, 1982).
Media YEDP
dibuat dengan cara melarutkan 10 gram yeast ekstrak, 20 gram
pepton, 20 gram
glukosa, 18 gram
agar ke dalam 1 L akuades lalu disterilisasi, kemudian dituang ke dalam cawan petri yang sudah
steril. Media yang sudah
dingin siap
untuk
ditanam inokulum (Granot et
al. 2003)
Media PDB dibuat dengan cara sebagai berikut. Kentang dikupas, dibersihkan, dicacah dan ditimbang sebanyak 200 g, dicampur dengan 1 L air direbus hingga mendidih. Setelah mendidih air
rebusan kentang disaring
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1 liter dicampur dengan 20 g sukrosa
teknis dan diaduk hingga larut, kemudian dibagi ke
dalam erlenmeyer
250 mL, lalu
disteril, kemudian didinginkan. Media yang sudah dingin siap
untuk ditanam (Fassatiova, 1986)
Media Hans Cair dibuat dengan cara melarutkan komposisi bahan kimia media
Hans padat tanpa agar, lalu disterilisasi, kemudian didinginkan. Media cair yang sudah
dingin siap untuk ditanam (Rao, 1982).
Media YEDP Cair Dibuat
dengan
cara
melarutkan komposisi bahan kimia media YEDP padat tetapi
tanpa agar, lalu disterilisasi, kemudian didinginkan. Media yang
sudah dingin siap untuk ditanam (Granot et al.
2003).
Media Fermentasi
untuk hidrolisis Enzimatis dibuat dengan cara melarutkan
Media nutrient steril sebanyak 50 mL yang terdiri dari
(NH4)2HPO4 1 g/L, MgSO4.7H2O 0,05 g/L dan yeast ekstrak 2 g/L dengan pH Media 5, (Ito, et al.
2003).
PEMELIHARAAN STOK KULTUR
JPP Isolat A-1 (Omphalina) dinokulasikan
dengan menggunakan jarum inkubasi
ke dalam cawan petri yang berisi media PDA steril, kemudian
diinkubasikan
pada
suhu kamar selama satu minggu hingga dihasilkan
miselium berwarna
putih (Fassatiova, 1986).
Pemeliharaan
stok
kultur untuk Trichoderma sp yaitu
dengan cara menginokulasikan sebanyak satu ujung jarum spora jamur ke dalam media PDA steril dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 minggu sebagai stok kultur. Fungi
tumbuh dalam waktu tiga hari dengan ditandai adanya warna hijau pada PDA (Fassatiova, 1982).
Untuk bakteri
selulolitik diinokulasikan sebanyak 1 ose isolat bakteri
selulolitik
ke dalam media Hans padat steril dan diinkubasi pada suhu kamar 1
– 2 hari sebagai stok kultur (Rao, 1989).
Sedang pada S. cerevisiae diinokulasikan sebanyak 1 ose isolat
S. cerevisiae ke dalam media YEDP dan di inkubasi
pada
suhu kamar 1 sampai 2 hari sebagai stok kultur (Granot et
al. 2003).
PEMELIHARAAN KULTUR KERJA
Kultur
JPP
Omphalina sp dari
cawan petri (stok kultur) dipindahkan ke
dalam botol jam yang berisi media PDB steril dan diinkubasikan
dalam
suhu kamar selama
3 hari sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses delignifikasi (Fassatiova, 1986).
Untuk Trichoderma sp, isolat Trichoderma dari
cawan petri (stok kultur) sebanyak satu ujung jarum dipindahkan ke dalam botol jam yang berisi media PDB steril
dan diinkubasikan dalam suhu ruang selama 3 hari sambil dikocok
dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses hidrolisis secara
enzimatis (Fassatiova, 1986).
Sedang kultur bakteri
selulolitik dari cawan petri (stok kultur) sebanyak 1
ose
dipindahkan
ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi media Hans cair dan
di inkubasi
pada suhu kamar selama 3 hari, sambil dikocok dengan
kecepatan 120
rpm
sebagai stok kerja untuk proses hidrolisis secara enzimatis
(Rao,
1982).
Sedang
pada isolat Saccharomyces cerevisiae, sebanyak
2 ose isolat per 75
ml media YEDP cair steril
diinokulasi
ke dalam botol jar di inkubasi
pada
suhu kamar selama 3 hari, sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses fermentasi (Granot et al. 2003).
PROSES DELIGNIFIKASI
Proses Delignifikasi oleh Jamur Pelapuk Putih Omphalina sp
(Akhtar et al,
1997)
TKKS yang telah dicacah direndam air satu malam, lalu ditiriskan, kemudian
dimasukkan ke dalam plastik tahan panas masing-masing sebanyak 240 gram per
bungkus dan disterilisasi (tiga kali ulangan). Setelah dingin sebanyak 100 ml inokulum JPP Omphalina sp dari medium
PDB (stok kerja) diinokulasikan ke
dalam TKKS tersebut dan diinkubasikan selama 20 hari dalam suhu ruang (27OC) sampai miselium JPP Isolat A-1 omphalina menyelimutinya, setelah itu
dikeringkan dalam oven suhu 60OC atau dijemur di bawah sinar matahari, setelah
kering digiling dengan alat pen mill, dengan kehalusan 40 mesh (Lampiran 2). Sebelum dan sesudah delignifikasi dianalisis
kadar air, lignin dan selulosa.
HIDROLISIS KIMIAWI
DAN
FERMETASI ETANOL
Hidrolisis secara kimiawi menggunakan asam sulfat
atau asam
khlorida.
Parameter yang dioptimasi adalah jenis asam (HCl/H2SO4) waktu hidrolisis,
konsentrasi asam, dan TKKS yang terdelignifikasi atau tanpa delignifikasi. Pada hidrolisis dengan asam
khlorida sebanyak 1 gram serbuk TKKS dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup
ulir, ditambahkan masing-masing 10 ml HCL 0,1 N; HCL 0,5 N; HCL 1N; dan HCL 2N, dihidrolisis menggunakan autoklaf suhu
121OC dengan waktu hidrolisis masing-masing 20 menit, 40 menit, 1 jam, 2 jam
dan 4 jam (Lampiran 3). Analisis gula pereduksi. Hidrolisis dengan asam sulfat prosesnya sama seperti tersebut diatas. Asam khlorida diganti
dengan asam sulfat (Cowling, 1975).
Analisis kadar gula pereduksi yang terbentuk ( % terhadap
TKKS) dilakukan dengan Metode Dinitro Salisilic acid (DNS) (AOAC, 2005). Hidrolisis dioptimalkan dengan menaikkan suhu 200 C menggunakan H2SO4 2N dengan waktu hidrolisis 5; 7,5;
10; 12,5; dan 15 menit. Analisis kadar gula pereduksi. Berdasarkan hasil analisis gula pereduksi ( % terhadap TKKS ),
hidrolisis optimum
percobaan dilanjutkan dengan perbesaran skala 50 kali. Filtrat
yang dihasilkan digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi selanjutnya (Xiang, 2003).
Fermentasi Etanol Hasil Hidrolisis Kimia Pada Kondisi Optimum
Sebelum
proses
fermentasi, filtrat
hasil
dari hidrolisis
dibuat
dalam kondisi
overliming terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan Ca(OH)2 hingga pH 12, dipanaskan dalam
oven suhu 60o selama 20 jam, disaring, pH diturunkan kembali
menjadi 5,0, lalu disterilisasi (Millati et al. 2002). Proses fermentasi dilakukan
sebagai berikut 1000 ml filtrat ditambah 10% (v/v) inokulum cair Saccharomyces
cerevisiae dengan waktu inkubasi 120 jam. Tiap 24 jam
contoh disampling, kemudian
dianalisis kadar gula pereduksi
(metode DNS), pH (pH meter), etanol
(metode hidrometer) dan volume
CO2.
HIDROLISIS ENZIMATIS DAN FERMENTASI ETANOL
Hidrolisis secara enzimatis dan fermentasi etanol dilakukan dengan metode simultan dan terpisah.
Metode Simultan:
Hidrolsis
dan fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan
100 gr TKKS terdelignifikasi yang telah steril ke dalam media fermentasi (1000 ml). Setelah itu ditambahkan 5% isolat Trichoderma sp
atau bakteri selulolitik asal rayap
dan
10% inokulum cair Saccharomyces cerevisiae
(v/v).
Waktu inkubasi 5 hari (120 jam)(Lampiran 4). Tiap 24 jam disampling kemudian dianalisis kadar
gula
pereduksi, pH, etanol dan CO2 (
Ito et al. 2003
).
Metode
Terpisah: sebanyak 100 gr TKKS terdelignifikasi yang telah steril
dimasukkan ke dalam
1000
ml media fermentasi,
ditambahkan
5%
isolat
Trichoderma
sp
atau bakteri selulolitik,
kemudian
diinkubasi selama
48
jam. Sampel
diambil setiap 24 jam kemudian
dianalisis kadar gula pereduksi, pH dan
CO2. Setelah 48 jam ditambahkan 10% inokulum cair Saccharomyces cerevisiae(v/v) , inkubasi dilanjutkan hingga 120 jam (Lampiran 5). Setiap 24 jam
disampling dan dianalisis gula pereduksi (metode DNS), etanol (metode hidrometer), pH (pH meter) dan volume
CO2 (Spangler dan Emert, 1986 ).
ANALISIS
Analisis Bahan Baku dan Produk
Analisis Selulosa (TAPPI Method T203, Anom 1983)
Sebanyak 0,5 g serbuk TKKS dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 6 mL NaOCl, 1 mL asam asetat 10% dan
30 mL akuades, kemudian direfluks selama + 4 jam pada suhu 75 OC, dan setiap 2 jam ditambah 6 mL NaOCl, 1 mL asam asetat dan 25 mL akuades. Setelah 4 jam diangkat, disaring,
divakum dan dicuci dengan akuades dingin dibilas dengan aseton dan eter
dikeringkan dalam oven selama 3 jam, didinginkan dan ditimbang hingga bobot
tetap.
Holoselulosa (ASTM
D-1102 s.d 1110).
Sebanyak 0,70 g (+
0,05 g) serbuk bebas ekstraktif dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan A (60 ml HCI + 20 g NaOH, ditambah akuades hingga 1000 ml) dan secara hati-hati
dimasukan pula 1 ml larutan B (200 g NaCIO 2 dalam 1000 ml akuades). Erlenmeyer dimasukan
kedalam penangas air dengan suhu 70 +
2 0 C dan digoyang setiap 30 menit. Pada
menit ke 45, 90, dan
150, ditambahkan 1 ml larutan B dan erlenmeyer digoyang-
goyang setiap penambahan larutan B. Sesudah 4 jam erlenmeyer dimasukan ke dalam penangas air es dan ditambahkan 15 ml akuades es. Seluruh isi erlenmeyer disaring menggunakan cawan saring
yang sudah diketahui
berat
kosongnya. Untuk membersihkan seluruh isi erlenmeyer, dilakukan pencucian dengan 100 ml
larutan
asam
asetat 1%. Cawan saring dihisap dan dicuci dengan 2-5 ml aseton yang dibiarkan menetes keluar karena beratnya, kemudian dihisap lagi selama 3 menit. Selanjutnya cawan saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-105 C dan timbang sampai beratnya konstan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar